Pengemis Ternyata Orang Berada di Kampungnya

Pada postingan kali ini, saya akan membahas masalah mendasar yang ada di negara tercinta kita ini, Indonesia. Ya betul sekali, saya akan membahas mengenai kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Kemiskinan sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti keadaan dimana tidak berharta atau tidak berkecukupan. Secara umum, kemiskinan disebabkan oleh meningkatnya pengangguran dan tidak ada nya pelatihan – pelatihan softskill serta pemberdayaan dari pemerintah setempat. Semakin meningkat tingkat kemiskinan dapat berdampak menjadi semakin banyaknya orang yang mengambil cara instan dalam mendapatkan uang. Contohnya saja, merampok, membunuh serta mengemis. Merampok dan membunuh sudah dapat terlihat jelas bahwa mereka benar – benar melakukan kejahatan. Sedangkan pekerjaan mengemis sulit untuk dilihat keadaan sesungguhnya dari pelaku mengemis itu.

Banyak media – media yang telah membahas mengenai maraknya pekerjaan mengemis, pekerjaan yang mengandalkan rasa iba seseorang ini tidak seharusnya dijadikan sebagai pekerjaan. Oknum – oknum pengemis yang bersangkutan pun terkadang mengemis bukan karena mereka tidak berkecukupan, tetapi dikarenakan mereka ingin menambah pundi – pundi nya di desa dengan mengadu nasib di kota – kota besar. Niat oknum tersebut mungkin pada dasarnya adalah baik, yaitu ingin mensejahterakan keluarganya, tetapi di lain sisi, seharusnya mereka mengadu nasib di kota besar dengan mengandalkan kemampuan mereka, mengandalkan ilmu yang dimiliki, bukannya ke kota besar tidak membawa bekal apa – apa. Hanya bermodal nekat doing. Itu lah satu – satu nya modal mereka yang merantau ke kota besar tanpa pertimbangan matang. Lalu di kota tujuan akan jadi apa, itu urusan nanti menurut mereka. Itu lah hal yang harus diluruskan oleh para perantau tersebut.

Mengapa pembahasan saya terfokus pada “mengemis”? ini dikarenakan beberapa hari lalu, tepatnya tanggal 25 November 2013 di daerah Pancoran, Jakarta, didapati pengemis yang membawa uang sejumlah Rp. 25.000.000,- yang tertangkap ketika Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan sedang melakukan razia. Setelah diusut lebih lanjut pengemis yang berinisial W itu berdalih bahwa uang sejumlah Rp. 21.000.000,- ia bawa dari kampungnya di Subang sebagai bekal untuk merantau, dan uang itu ia dapat dari hasil ia menjual hewan ternaknya, W pun berdalih bahwa kedatangannya ke Jakarta adalah karena panen kedelainya belum kunjung datang sehingga ia mencari peruntungan di Jakarta dengan cara mengemis. Selama mengemis 15 hari di Jakarta, W mengaku mendapatkan hasil Rp. 4.000.000

Setidaknya ada dua motif yang mendasari W mengemis di Jakarta menurut Kepala Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Purwono. Pertama, yang bersangkutan memang tidak memiliki pekerjaan tetap di kampong halamannya, yang mana akhirnya mereka datang ke Jakarta untuk mendapatkan uang dengan cara instan (mengemis). Kedua, mereka tidak mempunyai keterampilan yang memadai di kampung halamannya.

Purwono menegaskan bahwa para pengemis yang terjaring razia ternyata bukanlah orang miskin di kampungnya. Pasalnya, di kampong halamannya, mereka sudah memiliki rumah. Bahkan W sudah mendaftar untuk menjadi peserta haji tahun ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa mereka tidaklah miskin. Mereka mengadu nasib di Jakarta atau kota besar lainnya semata hanya untuk menambah pundi – pundi mereka di kampong. Mereka memanfaat rasa iba dari penduduk kota – kota besar, tanpa ada perjuangan untuk memiliki keterampilan atau kemampuan lainnya yang dapat diandalkan untuk mencari rezeki.

Kita dapat ambil contoh di Jakarta (karena tempat tinggal dan yang dapat saya amati hanya Jakarta) hampir di tiap lampu merah, ada oknum – oknum pengemis yang sudah standby disana menunggu ketika lampu merah menyala dan mobil – mobil serta kendaraan bermotor lainnya antree. Dan setelah lampu merah menyala mereka mendatangi satu persatu pengemudi kendaraan untuk meminta – minta. Dan tidak jarang, anak – anak usia sekolah pun ada di salah satu pengemis itu. Pastinya keadaan tersebut sudah sering kita temui, apalagi ketika menjelang hari raya. Ummat beragama yang sedang berburu pahala melalui sedekah ternyata terkadang dibohongi oleh wajah memelas dari para oknum pengemis yang ada. Hal ini sangat menyedihkan melihat kondisi Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam yang masih dapat diolah serta keindahan alamnya. Oleh karena itu hal ini harus secepatnya diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Diperlukan peran banyak pihak untuk merealisasikan Indonesia bebas pengemis, mulai dari pemeriantah, UKM, dan pelayanan social. Selain itu juga hal yang paling penting adalah kesadaran dari diri individunya untuk memiliki keinginan belajar.

Dalam hal ini pastinya pemerintah diperlukan yakni keperluan mendasar yaitu mengenai pendanaan dan jaminan social. Yang mana dana dari pemerintah di salurkan ke daerah – daerah dan disana diperuntukan untuk membangun tempat untuk pelatihan – pelatihan dasar keterampilan yang memiliki nilai jual, misalnya saja menganyam, atau membuat souvenir khas daerah masing – masing.

Nah, hal ini juga berkaitan dengan UKM, agar tidak mengambil barang yang dijual dari tempat yang jauh – jauh, UKM UKM dapat menjualkan barang – barang hasil dari pelatihan keterampilan tersebut. Bisa saja hasil keterampilan tersebut dapat merambah dan menyebar ke seluruh Indonesia serta dapat meluas dan dinikmati pula oleh warga mancanegara.

Untuk lebih menyukseskan rencana – rencana pemerintah tersebut, ada baiknya jika ingin menyalurkan dana dapat langsung ke pusat penyalurannya, yang mana badan penyaluran tersebut pastinya sudah mempunyai data – data warga yang memang pantas untuk disantuni.

Sekian postingan kali ini, jika menambah ilmu dan pengetahuan dapat di share ke teman – teman atau keluarga, dan jika ada kesalahan, saya sangat terbuka untuk menerima masukan.

! Spread The Love For Indonesia !

Sumber : 

• http://www.tempo.co/read/news/2013/11/28/064533117/Ini-Motif-Walang-Si-Pengemis-Tajir
• http://kamus.sabda.org/kamus/kemiskinan
• http://id.berita.yahoo.com/mengemis-dapat-rp-25-juta-ini-penjelasan-walang-051626130.html

Ira Setyowati
3EB01
23211669