Get Your Money Here

Monday, April 6, 2015

Internasionalisasi Pasar Modal Menghadapi MEA 2015

Internasionalisasi atau lebih dikenal sebagai globalisasi bukan hal baru di bidang pasar modal. Sudah banyak perusahaan lokal yang mengglobal dengan mendaftarkan sahamnya di berbagai bursa efek negara lain. Hal ini dilakukan dengan melibatkan banyak pihak, baik investor, broker maupun emiten yang bersangkutan. Internasionalisasi pasar modal yang ditandai oleh kebebasan yang diperoleh oleh ketiga pihak diatas untuk melakukan investasi di banyak negara, yang mana kebebasan ini didasari oleh adanya keuntungan yang diperoleh oleh pelaku pasar modal tersebut.

Berikut keuntungan yang akan diperoleh oleh masing – masing pihak diatas :
a)   \Investor   :    dengan melakukan investasi dibanyak negara, investor akan dapat melakukan diversifikasi terhadap risiko investasinya.
b)     Broker     :    mengingat likuiditas pasar modal berbeda-beda, maka broker akan diuntungkan jika memiliki banyak cabang dibanyak negara.
c)   Emiten    :    dengan mencatatkan sahamnya di berbagai bursa saham, emiten akan dapat memperoleh lebih banyak modal lagi.

Berikut dampak positif internasionalisasi pasar modal bagi investor adalah:
a) Dengan semakin banyaknya investor lokal yang melakukan investasi di pasar internasional maka biaya modal akan menjadi lebih murah karena pada gilirannya merupakan diversifikasi dari risiko yang berdampak bagi penurunan risiko dari saham – saham lokal.
b) Meningkatnya abnormal return yang terjadi karena investor telah mengantisipasi liberalisasi.
c) Penurunan Deviden Yield (DIP) yang berarti telah terjadi penurunan dalam biaya modal.
d) Negara akan mengalami pertumbuhan investasi swasta yang tinggi setelah dilakukannya liberalisasi pasar modal (P Henry, 2000)
e) Terjadi peningkatan disclosure dari emiten yang pada gilirannya akan meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi
f) Terciptanya jumlah investor yang lebih banyak karena meningkatnya perdagangan saham dan terbukanya kesempatan baru bagi emiten untuk memperoleh modal baru.

Selain keuntungan, dalam pelaksanaan internasionalisasi pasar modal sering terjadi kesulitan, antara lain:
a) Adanya maksud dan tujuan yang saling bertentangan
b) Menghabiskan waktu dan adanya pengambilan keputusan yang lambat
c) Halangan bahasa dan budaya
d) Ketidakpercayaan atau kecurigaan ketika bekerja sama dalam daerah yang peka terhadap persaingan
e) Adanya pertentangan pribadi dan budaya perusahaan
f) Bergantung pada perusahaan lainnya dalam jangka panjang

Terdapat 3 pasar ekuitas terbesar, yakni:
a) Amerika Utara
Ekonomi AS dan pasar sahamnya mengalami pertumbuhan tanpa henti selama tahun 1990 hingga 2000, baik New York Stock Exchange (NYSE) maupun Nasdaq mendominasi bursa eek lain diseluruh dunia dalam hal kapitalisasi pasar, nilai perdagangan saham domestic, nilai perdagangan saham asing, modal yang diperoleh perusahaan yang baru terdaftar, jumlah perusahaan domestic yang mencatatkan saham dan jumlah perusahaan asing yang mencatatkan sahamnya.
b) Asia
Asia diperkirakan akan menjadi wilayah pasar ekuitas kedua terpenting. RRC (Republik Rakyat Cina) muncul sebagai perekonomian global utama dan negara – negara “Macan Asia” mengalami pertumbuhan dan pembangunan yang fenomenal. Beberapa krisis keuangan di Asia menunjukkan kerentanan dan ketidakmatangan perekonomian di Asia dan memperlambat pertumbuhan pasar modal di wilayah ini. Ditambah lagi pendapat dari kritikus mengenai lemahnya pengukura akuntansi, pengungkapan dan standar auditing serta pengawasan dan penegakan implementasi standar tersebut.
Namun demikian prospek pertumbuhan masa depan dalam pasar ekuitas Asia tampak kuat. Kapitalisasi pasar sebagai presentase dari produk domestic bruto (Gross Domestic Product - GDP) di Asia terbilang rendah dibandingkan di Amerika Serikat dan beberapa pasar utama Eropa, yang menunjukkan bahwa pasar ekuitas dapat memainkan peranan yang lebih besar di perekonomian Asia.
c) Eropa Barat
Eropa adalah wilayah pasar ekuitas terbesar kedua di dunia dalam hal kapitalisasi pasar dan volume perdaganan. Perluasan ekonomi secara signifikan turut menyumbangkan pertumbuhan pasar ekuitas yang cepat selama paruh kedua tahun 1990-an. Faktor terkait di Eropa continental adalah perubahan perlahan menuju orientasi ekuitas yang sudah lama menjadi ciri – ciri pasar ekuitas London dan Amerika Utara.

Beberapa alasan perusahaan melakukan ekspansi kedalam pasar dunia:
a)  Untuk memasuki akses terhadap pelanggan –,pelanggan baru, yang mana akan member potensi untuk meningkatkan pendapatan, laba dan pertumbuhan jangka panjang, dan dapat menjadi perusahaan domestic yang mapan.
b)     Untuk mencapai biaya rendah dan meningkatkan daya saing perusahaan.
c)     Untuk mengkapitalisasi kompetensi serta kapabilitasnya.
d)    Untuk menyebar atau membagi risiko bisnisnya melalui perluasan pasar yang ada.

            Pengaplikasian dari segala teori diatas sebetulnya sudah lama terjadi oleh perusahaan – perusahaan domestic (Indonesia), tetapi akhir – akhir ini semakin marak dikarenakan untuk mempersiapkan perusahaan untuk tetap dapat bersaing menghadapi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara atau dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku mulai akhir 2015 ini. Hal ini lah yang membuat banyak perusahaan di kawasan Indonesia yang mana merupakan salah satu dari anggota ASEAN, melakukan aksi merger dan akuisisi (M&A) sebagai bentuk mempersiapkan diri agar kelak bisa tetap bersaing menandingi para competitor di wilayah Asia Tenggara.
            Merujuk pada data Thomson Reuters, seperti diwartakan www.asia.nikkei.com, Senin (2/2), pada tahun 2014 nilai aksi merger dan akuisisi di ASEAN tumbuh sekitar 12% menjadi US$ 68,4 miliar dari tahun sebelumnya. Ingi mengalahkan nilai transaksi dari aksi korporasi perusahaan – perusahaan di negeri sakura Jepang, yang berjumlah US$ 64,7.
            Sebagian transaksi bernilai jumbo dilakukan oleh perusahaan Indonesia. Sebagai contoh, pembelian 30% asset minyak dan gas Murphy Oil Corporation yang berlokasi di Malaysia senilai US$ 2 miliar oleh PT. Pertamina.
            Selain itu www.asia.nikkei.com juga mencatat ekspansi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang membeli 100% saham PT Danone Dairy Indonesia lewat anak usahanya, PT Indolakto senilai US$ 20,5 juta.
            Induk usaha PT XL Axiata Tbk, Axiata Group juga melakukan pembelian atas saham Axis Telekom Indonesia (Axis) senilai US$ 865 juta. Langkah ekspansi perusahaan telekomunikasi asal Malaysia itu memperkuat basis pelanggan XL Axiata sebesar 16% pada laporan keuangn akhir Juni 2014.
          Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh A.T Kearney, sebanyak 40% pemimpin perusahaan di kawasan ASEAN menyebutkan bahwa aksi merger dan akuisisi adalah jalan pintas menghadapi era MEA. Sehingga dengan demikian hal ini menimbulkan spekulasi terjadinya aksi korporasi yang lebih masif di tahun 2015 ini. Meski begitu, Magnus Bocker, CEO Singapore Exchange menilai masih terdapat sejumlah kendala dalam proses merger maupun akuisisi di kawasan ASEAN yang mana terkait dengan tingkat pembangunan dan sistem hukum di negara – negara ASEAN itu sendiri. Salah satu contohnya adalah kebijakan pemerintah Indonesia yang membatasi kepemilikan bank oleh investor asing.

SUMBER:
Choi, Frederick D.S., dan Meek, Gary K., 2010, International Accounting Buku 2 - Edisi 5, Penerbit Salemba Empat.





No comments:

Post a Comment